Kata Raka soal Natal
“Om, kita sudah sering banget kumpul bersama nih saat natal. Randy
mau tanya dong—menurut Om, natal itu apa sih?”
Sambil menyeruput susu kotaknya, Om Aji bergumam “Emm….”
“Yah, si Om malah em am em kayak suara sapi aja.”
Sambil tertawa, Om Aji menjawab, “Hahaha, bisa aja kamu Randy. Kalau menurut
Om, natal itu pengorbanan.”
“Loh, natal harusnya senang-senang, kan?”
“Oh, tentu Ran. Natal itu menyenangkan kok.”
“Tapi kenapa Om Aji bilang kalau natal itu pengorbanan?”
Dari jauh Ayah Randy memotong, “Sudah Randy, jangan ditanyain
aneh-aneh melulu Om Ajinya.”
“Eh, enggak apa-apa. Randy mau Om ceritakan sesuatu enggak? Dulu Om juga
berpikir kalau pengorbanan itu harus selalu menyedihkan, tapi enggak loh.”
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Om Aji menganggukkan kepala dan tersenyum ke arah Ayah Randy. Pun sebaliknya Ayah Randy membalas dengan senyuman.
“Yes, story time!” Bahagia Randy.
“Jadi kita mundur ke 7 tahun lalu ya. Ada anak yang lebih tua 2
tahun dari Randy—namanya Raka, dia bilang kalau natal itu keren.
“Om enggak paham maksudnya—jadi Om Aji tanya, ‘Maksudnya bagaimana
tuh?’
“Randy tahu enggak, kira-kira bagaimana Raka jelasinnya? ”
“Pasti Kak Raka bilang natal itu keren karena banyak hadiah dan
banyak kue.”
Om Aji menarik kembali kukis cokelat yang hendak digigitnya,
kemudian kembali melanjutkan cerita.
“Tet tot, enggak salah sih. Kukis cokelat ini memang keren,
tapi bukan itu yang dimaksud keren oleh Raka.”
“Terus, keren karena apa Om?”
“Raka bilang kalau natal itu keren karena ada dia yang merelakan
anaknya yang tunggal untuk lahir ke dunia dan berkorban.
“Raka sampai bilang kalau dia juga mau jadi keren seperti itu.
Membantu banyak orang walaupun harus berkorban.”
“Wah Kak Raka keren, seperti superhero ya Om. Berkorban untuk
menyelamatkan dunia.”
“Keren memang, tapi Randy harus ingat. Jangan berkorban kalau belum
siap, cintai dan kenali diri sendiri juga perlu ya.”
“Aye aye captain! Terus Kak Raka bagaimana Om?”
“Kemudian Raka tidur lama. Sampai 2 tahun enggak bangun-bangun. Dokter
bilang kalau Raka sudah harus pulang.
“Dokter juga bilang, kalau Raka bisa membantu banyak orang sebelum
pulang. Lalu ayahnya Raka ingat ucapan Raka tentang natal. Akhirnya ayanya Raka
mau membuat Raka jadi anak paling keren dengan cara merelakan Raka untuk
membantu banyak orang.”
“Wah, Kak Raka ini keren banget Om. Sekarang Kak Raka sudah pulang?”
“Sudah, dia bahagia banget sudah jadi anak keren.”
“Syukur deh. Om, kapan-kapan aku bisa ketemu Kak Raka?” tanya Randy
yang juga asyik mengunyah beberapa kukis dan kue.
“Tentu bisa,” jawab Om Aji.
Ayah Randy memiringkan kepala, terlihat air muka kebingungan muncul
di permukaannya.
“Di sini, Raka sudah di sini,” jelas Om Aji sambil menunjuk perut
Randy.
“Perut? Memang Kak Raka itu kukis?” tanya Randy tanpa memahami apa
yang dijelaskan Om Aji.
Om Aji menarik Randy yang sedang kebingungan serta asyik mengunyah
kukis lalu memeluknya kemudian tertawa.
Pun Ayah Randy tertawa sambil berkaca-kaca matanya.
Pada 5 tahun natal yang sudah berjalan—ada juga Misel, Indah, dan
Tomy yang bahagia karena natal. Mereka sama seperti Randy yang bahagia dan
sudah menjadi tempat berpulang bagi Raka—si anak tunggal yang telah direlakan
oleh bapanya (baca: Om Aji).
Komentar
Posting Komentar