Konon Disebut Buah Merdeka

Hai, sudah lama tidak berjumpa dalam platform blogspot.

Setelah dilihat-lihat kembali, rasanya banyak sekali kesalahan dalam menulis di unggahan-unggahan lalu.

*mau toyor diri sendiri saking malunya wkwkwkwk

Bagi pembaca yang tetiba iseng baca—aku lihat di statistik ada aja kadang 1 atau 2 orang yang baca, selain aku (~ ̄▽ ̄)~— makasih sekali masih mau mengingat adanya blogspot yang kurang estetik ini (alamat blogspot aja pake nama lengkap sendiri T.T).

Sebenarnya ada cerita pendek yang dulu 2016 pernah kubuat untuk blogspot ini, tapi tidak pernah rampung.

Judulnya ada hubungannya dengan perisai, nanti kalau aku tidak malas aku edit post ini lagi dan aku tuliskan judulnya (lupa maz).

Oh iya! Padahal judulnya unggahan kali ini adalah judul semacam sajak tapi ya bukan, puisi juga bukan, ya judul dari sebuah tulisan lah. Tadinya ini untuk ikut sebuah kegiatan, tapi telat ikut dan akhirnya tulisan ini menganggur di genangan catatan google keep-ku.

Ada beberapa tulisan di google keep-ku yang belum punya rumah kedua, kapan waktu kalau aku mulai "niat" untuk unggah, pasti akan aku unggah. Jangan ditunggu, tapi jangan dilupa ya alias banyak maunya ya :))))

Monggo, ini puisi tentang merdeka atau sajak tentang merdeka.

Sila dinikmati, KOREKSI boleh
banget ya kalau merasa ada tulisanku yang perlu dikoreksi.

Boleh banget dijadiin bahan puisi/sajak buat kalian anak SMA yang lagi disuruh gurunya nugas ginian.


Konon Disebut Buah Merdeka

Merdeka! Katanya.
Sudah lama merdeka. Ceritanya.
Kita mampu berdikari karena sudah dewasa! Bangganya.
Nilai merdeka dijunjung sampai langit ketujuh, tapi ingat arti bebas sudah disimpan jauh-jauh.
Mari bersatu padu, tapi ingat ada tangan yang berat untuk membantu.
Berpikir kritis, jangan sampai kamu salah argumentasi lalu malu dan menangis.
Pun harus diingat kalau kritik jangan sampai salah pilih target oposisi.


Merdeka! Merdeka!
Suaramu tidak dibungkam tapi jangan terlalu terperinci,
nanti bingung bagaimana harus dipersekusi.
Ingat, bebas sudah disimpan atau mungkin dikubur.
Sepertinya itu sudah busuk, tidak sempat diberi formalin.


Mulai besok aku sudah merdeka.
Hasil menekan opini-opiniku dalam tanah subur.
Pupuk negeri kurang manjur, aku pakai milik swasta.
Besok buahnya sudah dipanen, bentuk dan rasanya dapat kusesuaikan.
Kalau saja bisa aku ekspor, pasti akan menggemparkan negara. Nama buah ini adalah bebas.
Karena tidak bisa mengekspor buah ini, aku makan saja.
Besok setelah makan, akan diadakan rapat paripurna untuk memerdekakan diri di atas tanah ini.
Tanah mimpi dalam pikiranku sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel Never be The Same

Kasus Pembunuhan

Ulangan Matematika Itu Mitos